Accessibility links

Breaking News

Menghapus Kelaparan dan Kesenjangan Jender di Bidang Pertanian


(FILE) Perempuan memanen terong di sebuah ladang di Senegal.
(FILE) Perempuan memanen terong di sebuah ladang di Senegal.

Ada 24 persen kesenjangan dalam hal produktivitas antara petani perempuan dan laki-laki di ladang yang ukurannya sama.

Satu dari tiga perempuan bekerja dalam sektor agrikultur atau kegiatan yang terkait dengan pertanian. Namun, menurut laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), secara global ada 24 persen kesenjangan dalam hal produktivitas antara petani perempuan dan laki-laki di ladang yang ukurannya sama.

Hal ini disebabkan oleh praktik diskriminasi berbasis jender di banyak negara yang mempersulit perempuan untuk memberikan kontribusi setara dengan laki-laki di sektor pertanian dan pangan. Perempuan mendapat upah 20 persen lebih rendah daripada laki-laki. Proporsi tanah yang mereka punya tidak setara dengan laki-laki, mereka tidak punya akses untuk mendapatkan bahan pokok seperti benih kualitas tinggi, irigasi, dan pupuk. Mereka juga menghadapi hukum dan praktik yang mendiskriminasi, menurut laporan itu.

Di saat kerawanan pangan makin meningkat, menghapus kesenjangan jender dalam produktivitas pertanian dan kesenjangan upah dalam lapangan kerja pertanian dapat meningkatkan produk domestik bruto global hingga hampir satu triliun dolar dan mengurangi jumlah orang yang rawan pangan hingga 45 juta.

“[Perempuan] menggunakan input lebih sedikit, sehingga mereka memproduksi lebih sedikit. Sesederhana itu,” kata Administrator USAID Samantha Power, mengutip penulis laporan FAO 2011. Berbicara pada peluncuran laporan “Status of Women in Agrifood Systems” FAO di AS, dia mengatakan bahwa meskipun telah ada beberapa kemajuan sejak saat itu, masih belum cukup.

“Jika kita ingin melihat kemajuan nyata, kita harus melipatgandakan upaya kita untuk mengatasi hambatan sistemik – undang-undang yang mencegah perempuan memiliki tanah atau membuka rekening bank, atau norma yang menentukan bahwa perempuanlah yang harus mengurus anak-anak dan rumah tangga.”

Administrator Power memperkenalkan inisiatif baru USAID, Generating Resilience and Opportunities for Women, atau GROW. Melalui program ini, USAID akan bekerja sama dengan Kongres AS untuk menggandakan pendanaan bagi perempuan di seluruh sistem pertanian dan pangan menjadi 335 juta dolar.

“Kami akan membantu perempuan membangun ketahanan terhadap guncangan ekonomi yang mengakibatkan harga benih dan pupuk tidak terjangkau… Kami akan mendukung perempuan untuk mengambil peran ekonomi di luar pertanian,… dan kami akan berusaha menyalurkan sumber daya kepada perempuan di zona krisis kemanusiaan.”

GROW akan memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan, termasuk hukum, yang mempersulit perempuan bisa berpartisipasi penuh, atau mendapatkan keuntungan secara setara dari pekerjaan di bidang pertanian dan pangan,” kata Administrator Power.

“Ada ratusan juta perempuan yang siap, mau dan bisa membantu kita mengentaskan kelaparan, kalau saja kita bisa menghapus hambatan yang mereka hadapi.”

Mencerminkan Pandangan Pemerintah Amerika Seperti Disiarkan oleh Voice of America

XS
SM
MD
LG