Amerika Desak China untuk Hentikan Tindakan Provokatif di Laut China Selatan

(FILE) Kapal penjaga pantai Filipina disemprot air oleh Penjaga Pantai China ketika berusaha mendekati Scarborough Shoal, Laut China Selatan, 30 April 2024.

“China ingin dilihat sebagai anggota dunia yang punya seperangkat aturan dan menegakkannya, tapi setiap kali mereka melakukan hal-hal seperti menabrak atau menyemprotkan meriam air ke kapal-kapal tak bersenjata, tindakan itu tidak mencerminkan hal tersebut," kata Wakil Komandan Wilayah Pasifik Penjaga Pantai AS Laksamana Muda Andrew Sugimoto.

Pada tanggal 9 September, Panglima Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Samuel Paparo, mengadakan konferensi video dengan mitranya dari China, Jenderal Wu Yanan, Panglima Komando Wilayah Selatan Tentara Pembebasan Rakyat. Keduanya adalah para pemimpin militer AS dan China untuk kawasan yang telah menjadi tempat berbagai tindakan agresif China terhadap sekutu AS, termasuk Filipina.

Dalam sebuah pernyataan, Pentagon mengatakan pertemuan itu merupakan “hasil” dari pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping pada November 2023, ketika keduanya setuju untuk memulai kembali komunikasi antar militer tingkat tinggi.

Kepada Jenderal Wu, Laksamana Paparo menggarisbawahi pentingnya komunikasi berkelanjutan untuk mengurangi risiko kesalahan perhitungan dan kekeliruan persepsi. Pentagon mengatakan Laksamana Paparo “menegaskan kewajiban Tentara Pembebasan Rakyat untuk mematuhi hukum dan norma internasional untuk memastikan keamanan operasional. Menurut Pentagon, Paparo juga mendesak mereka, “untuk mempertimbangkan ulang kemungkinan penggunaan taktik yang berbahaya, koersif dan berpotensi memicu eskalasi di Laut China Selatan dan sekitarnya.”

Selama bulan Agustus, taktik serupa digunakan oleh China secara besar-besaran, terutama terhadap kapal-kapal Filipina. Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengutuk “Tindakan eskalasi dan berbahaya yang dilakukan oleh Republik Rakyat China terhadap operasi maritim Filipina yang sesuai hukum di … Laut China Selatan. … Klaim ‘kedaulatan teritorial’ China yang tidak sah atas wilayah lautan yang tidak ada daratan, dan tindakannya yang semakin agresif untuk memaksakan klaim itu, mengancam kebebasan navigasi dan penerbangan semua negara.”

Dalam konferensi pers baru-baru ini, Wakil Komandan Wilayah Pasifik Penjaga Pantai AS Laksamana Muda Andrew Sugimoto memperingatkan bahwa China merusak reputasinya dengan perilaku destruktifnya, termasuk menabrak kapal Filipina dan melukai pelaut Filipina.

“China ingin dilihat sebagai anggota dunia yang punya seperangkat aturan dan menegakkannya, tapi setiap kali mereka melakukan hal-hal seperti menabrak atau menyemprotkan meriam air ke kapal-kapal tak bersenjata, tindakan itu tidak mencerminkan hal tersebut. Ketika mereka menegakkan aturan itu sendiri, dan mereka memimpin dengan memberikan teladan, saat itulah seluruh dunia akan menyadari bahwa mereka sebenarnya adalah pemimpin dunia dan bukan penindas.”

Dalam pembicaraannya dengan Jenderal Wu, Laksamana Paparo menyampaikan harapannya bahwa diskusi antara keduanya terus berlanjut. Sementara itu, Amerika Serikat terus mendesak China, seperti yang dikatakan juru bicara Miller, “untuk menghentikan perilaku yang membahayakan dan mengganggu stabilitas.”