Sejak Februari, negara-negara G7 telah memimpin koalisi sekutu dan mitra dalam memberikan bantuan militer kepada Ukraina yang tengah berjuang membela diri dari invasi Rusia, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
“Kami telah memberlakukan sanksi dan kontrol ekspor yang belum pernah dilakukan sebelumnya yang berdampak langsung pada kemampuan perang militer Rusia. Upaya-upaya ini, yang sebagian besar dikoordinasikan melalui G7, telah memperkuat kemampuan perang Ukraina dan memperlemah Rusia. Ini juga alasan utama Ukraina memiliki momentum dalam perang ini.”
G7 juga berupaya menerapkan sanksi bagi mereka yang mendukung perang Presiden Rusia Vladimir Putin. Sanksi tersebut dijatuhkan kepada sejumlah pihak, termasuk Iran, yang pesawat tanpa awaknya telah digunakan oleh pasukan Rusia untuk menewaskan warga sipil Ukraina dan menghancurkan infrastruktur bagi warga sipil. Anggota militer Iran di Krimea juga disinyalir membantu Rusia melakukan serangan kejam ini.
G7 juga memberikan bantuan ekonomi dan kemanusiaan kepada Ukraina karena Rusia telah menghancurkan sekitar 40 persen infrastruktur energi utama Ukraina, termasuk jaringan listriknya yang penting untuk menyediakan panas di musim dingin ini. “Presiden Putin tampaknya telah memutuskan jika ia tidak bisa merebut Ukraina dengan paksa, ia akan mencoba membekukannya agar tunduk,” kata Menteri Blinken. G7 telah setuju untuk membentuk kelompok koordinasi baru untuk membantu memperbaiki, memulihkan dan mempertahankan jaringan energi Ukraina.
Masing-masing negara G7 telah berkorban untuk meneruskan bantuan penting ini, kata Menteri Blinken. Di bidang energi, misalnya, Amerika Serikat mengekspor 60 miliar meter kubik gas alam cair ke Eropa. “Hampir dua setengah kali lipat dari yang kita ekspor pada 2021 dan akan memberikan cadangan penting menghadapi musim dingin ini.”
Negara-negara demokrasi dunia terus bekerja sama untuk membantu dan membela Ukraina melawan agresi Rusia.