Peringatan Hari Bumi pada bulan April lebih dari sekedar merayakan alam dan lingkungan. Peringatan itu juga menandai kebangkitan gerakan lingkungan. Hari Bumi pertama pada tahun 1970 berujung dengan pengesahan undang-undang menyeluruh untuk perlindungan kualitas udara dan air, dan konservasi spesies hewan yang terancam punah, dan pembentukan Badan Perlindungan Lingkungan AS.
Ini adalah serangkaian langkah besar untuk memitigasi masalah degradasi lingkungan. Tahun ini, pada Hari Bumi dan beberapa minggu sebelumnya, pemerintahan Biden-Harris mengumumkan langkah besar baru – kebijakan baru yang dirancang untuk mengatasi krisis iklim global. Langkah itu termasuk upaya untuk mengatasi deforestasi di dalam negeri dan di seluruh dunia, dan juga komitmen untuk melindungi laut dengan menciptakan dua cagar alam laut baru; untuk melindungi populasi ikan; untuk mendekarbonisasi sektor pelayaran; untuk mengatasi polusi plastik; untuk mempromosikan penyebaran energi terbarukan lepas laut.
Upaya-upaya ini menyusul daftar panjang upaya lain yang telah diambil oleh pemerintahan Biden-Harris dalam 14 bulan pertama. Termasuk Deklarasi Gabungan Glasgow AS-China untuk mempercepat aksi iklim di dekade penting 2020an; kemitraan dengan negara yang rentan untuk membantu mereka membangun ketahanan menghadapi dampak perubahan iklim; dan mengadakan KTT iklim virtual bersama 40 pemimpin negara dalam upaya menggalang dunia mengatasi krisis iklim dan memenuhi kebutuhan sains.
“Pemerintahan ini telah menjadikan krisis iklim sebagai sebuah prioritas kebijakan luar negeri dengan berupaya untuk meningkatkan ambisi global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memasukkan dimensi iklim ke kebijakan yang lebih luas, dan secara signifikan meningkatkan investasi dalam bidang adaptasi dan ketahanan iklim. Berkat kepemimpinan AS di COP26 di Glasgow, dunia kini hampir mendekati tujuannya dalam menjaga kenaikan suhu global, yaitu maksimum 1,5 derajat Celcius,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Hari Bumi.
“Kami juga merilis Strategi Jangka Panjang AS di bawah Kesepakatan Paris, yang merinci bagaimana kami akan mencapai ekonomi ‘emisi nol-bersih’ pada 2050, dan bermitra dengan UE, kami mengajak lebih dari seratus negara untuk berupaya mengurangi emisi metana, yang dianggap sebagai satu-satunya strategi jangka pendek yang paling efektif untuk membatasi pemanasan,” ujarnya.
“Kami bisa berkaca selama setahun ini sebagai periode di mana kami mendapatkan momentum dalam komitmen global kami untuk mencapai planet yang lebih sehat.”