Accessibility links

Breaking News

Menentang Persekusi Agama di China


Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Simposium Tahta Suci untuk Memajukan dan Mempertahankan Kebebasan Beragama lewat Diplomasi, di Roma, Italia, 30 September 2020.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Simposium Tahta Suci untuk Memajukan dan Mempertahankan Kebebasan Beragama lewat Diplomasi, di Roma, Italia, 30 September 2020.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa tidak ada tempat di dunia di mana kebebasan beragama mengalami serangan terbesar, selain di China.

Lebih dari satu juta Muslim Uighur dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya dipaksa masuk ke kamp-kamp pengasingan, rohaniwan Katolik dipenjara, umat Buddha Tibet ditangkap, Alkitab dan Alquran ditulis ulang, gereja-gereja Protestan dihancurkan. Pelanggaran hak asasi manusia ini dan banyak pelanggaran lainnya, telah terjadi ketika Republik Rakyat China berusaha mensinonisasikan atau menasionalisasikan semua agama dan keyakinan dengan memasukkan unsur-unsur ideologi China, serta memastikan kepatuhan mutlak kepada kontrol dan ideologi otoriter Partai Komunis China.

Pada simposium baru-baru ini di Roma yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar AS untuk Tahta Suci Vatikan, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan tidak ada tempat di dunia di mana kebebasan beragama mengalami serangan paling besar, selain di China.

“Itu karena, seperti semua rezim Komunis, Partai Komunis China menganggap dirinya sebagai otoritas moral tertinggi. PKC yang semakin represif, takut dengan kurangnya legitimasi demokratiknya sendiri, bekerja siang dan malam untuk memadamkan lampu kebebasan, terutama kebebasan beragama, dalam skala yang mengerikan,” katanya.

Menteri Luar Negeri Pompeo berbicara ketika Vatikan dan Beijing sedang merundingkan perpanjangan perjanjian dua tahun yang kontroversial tentang pengangkatan uskup-uskup Katolik di China.

Sekretaris Pompeo menunjuk pada kekuatan kesaksian moral Gereja dan mengutip perannya dalam menginspirasi orang-orang di Eropa tengah dan timur yang membebaskan diri dari komunisme di akhir abad kedua puluh. Ia juga menjelaskan tantangan gereja terhadap otoritarianisme Amerika Latin yang membantu mewujudkan transisi demokratis.

“Dan di negara saya sendiri, gerakan untuk mengakhiri perbudakan di abad ke-19 dan memperluas hak-hak sipil untuk orang Afrika-Amerika di abad ke-20, sebagian besar dipimpin oleh orang-orang Kristen dari banyak denominasi yang sesuai dengan warisan Yudeo-Kristen bangsa kami, serta prinsip pendirian inti kami.”

Menteri Luar Negeri Pompeo mendesak para pemimpin semua agama untuk menentang upaya Partai Komunis China untuk memberantas kebebasan beragama dan menundukkan semua komunitas agama terhadap kehendak program totaliternya. Di China, "Masa depan kebebasan beragama," kata Sekretaris Pompeo, "bergantung pada tindakan kesaksian moral ini."

Mencerminkan Pandangan Pemerintah Amerika Seperti Disiarkan oleh Voice of America

XS
SM
MD
LG